Pandangan Fayakhun Andriadi mengenai Pendidikan Indonesia
Beberapa saat yang lalu, Indonesia sempat dihebohkan oleh
wacana menteri pendidikan yang ingin membuat kebijakan mengenai full day
school. Akhir-akhir ini, kebijakan yang menuai kontoversi kembali mencuat di
kementerian pendidikan. Pendidikan seolah sebagai tempat untuk melakukan
percobaan. Padahal, Fayakhun Andriadi,
Ketau DPD Golkar pernah mengingatkan kepada kita bahwa pembangunan manusia
tidak bisa dilakukan secara instan. Proses penguatan manusia Indoensia melalui
pendidikan adalah proyek jangka panjang yang harus dijaga tahapan-tahapannya.
Tak boleh terputus.
Lebih lanjut, Fayakhun
Andriadi memberikan gambaran pendidikan di Korea Selatan sebagai salah satu
contohnya. Negara yang baru-baru ini disebut oleh Unesco sebagai negara dengan
rangking pendidikan tertinggi di dunia menggeser posisi yang sebelumnya
ditempati oleh Finlandia ini baru bisa “memanen buah” pembangunan manusianya
setelah hampir empat dekade “menanam”. Kini, Korea Selatan masuk di jajaran
negara dengan kualitas manusia yang tinggi, kreatif dan inovatif, tapi tetap
membawa karakter bangsa Korea Selatan yang khas. Potensi sumber daya manusia
Indonesia sebenarnya jauh di atas Korea Selatan. Namun sayangnya,
“pohon”pembangunan manusia Indonesia tidak digarap serius dan tidak
berkelanjutan. Cetak birunya selalu saja berubah-ubah dari satu periode
pemerintahan ke pemerintahan yang selanjutnya. Akibatnya, hasilnya tidak utuh,
alias parsial.
Desain pendidikan pembangunan manusia Indonesia terkait erat
dengan soal sains-teknologi. Penguasaan dua aspek ini mutlak. Ke depan, era
semakin terdigitalisasi. Seluruh aspek kehidupan tidak akan bisa menghindar
dari perangkat digital. Pembangunan manusia Indonesia harus diorientasikan pada
visi ini. Kemampuan sains-teknologi Indonesia harus diarahkan pada visi
digital. Dalam bahasa yang sederhana, manusia Indonesia harus “dicerdaskan
secara digital”. Sehingga tidak gagap berkompetisi di kancah digital.
Pemerintah hendaknya memberikan perhatian serius pada proyek
digitalisasi ini. Sisi infrastruktur maupun suprastruktur digital harus
dipersiapkan. Secara paradigma, manusia Indonesia disiapkan menghadapi trend
digitalisasi. Dan semua itu bisa berjalan sukses, jika sarana-prasarana
(infrastruktur) memadai. Korea Selatan bisa menjadi contoh lagi. Dalam hal
digitalisasi, Korea Selatan salah satu yang paling maju dan siap menyambut era
digital. Ke depan, hanya negara yang siap di ajang digital yang dapat
berkompetisi secara ketat. Mau tidak mau, Indonesia juga. Jika tidak siap
secara digital, ada dua kemungkinan yang dapat menimpa negara kita ini:
terisolir dari pergaulan global yang serba digital atau dijajah (kembali).
Namun kali ini, dijajah secara digital.
Komentar
Posting Komentar