Fayakhun dan Kekuatan Akal (bagian 2)
Telah diceritakan sebelumnya, Sultan yang marah kepada
Fayakhun karena merasa telah dibohongi akhirnya memerintahkan para pengawal
pribadinya untuk bergerak ke rumah Fayakhun. Mereka dibekali surat perintah
berstempel kesultanan yang memberikan kewenangan bagi para pengawal tersebut
untuk melakukan apapun guna menemukan benda pusaka yang dalam mimpi paduka
sultan berada di rumah Fayakhun. Sebelum para pengawal tersebut berangkat, Sultan
membisiki kepala pengawalnya untuk merusak rumah Fayakhun.
Singkat cerita, para pengawal sultan tiba di rumah Fayakhun
dan diterima istrinya. Setelah menyampaikan maksud kedatangan sekaligus membaca
surat berstempel kesultanan tadi, tanpa banyak kata mereka langsung mencari
benda pusaka seperti dimaksud dalam mimpi Paduka Sultan. Rumah Fayakhun porak
poranda akibat “pencarian pusaka” yang mereka lakukan. Istri Fayakhun hanya
bisa pasrah. Ia tak kuasa melawan para pengawal yang dibekali surat perintah
dari Sultan. Apalagi, sang suami sedang berada di luar.
“Ada apa ini? Kenapa kamu biarkan rumah kita seperti kapal
pecah begini?”, seru Fayakhun kepada istrinya sembari bersungut-sungut.
Dengan sabar sang istri menceritakan kejadian sebenarnya.
Lengkap dengan surat perintah berstempel kesultanan yang membuatnya tidak kuasa
melawan.
“Ini tidak bisa dibiarkan”, lirih suara Fayakhun sembari
mencari ide.
Fayakhun sadar, melawan perintah sultan tidak bisa dilakukan
dengan gegabah. Lama dia memikirkan cara untuk membalas perilaku
sewenang-wenang sultan. Makanan yang disajikan sang istri tak mampu memancing
selera makannya. Makanan lezat tersebut dibiarkan begitu saja. Melihat
makananan yang tak membangkitkan selera itu, tiba-tiba terbersit di pikirannya.
Bergegaslah Fayakhun menuju istana sembari membawa makanan yang sudah
dikerubungi lalat tadi.
Setibanya di istana, Fayakhun langsung dipersilahkan
menghadap. Sultan sudah bersiap menyambut karena dia yakin bahwa Fayakhun akan
segera menghadap. Entah itu untuk mengakui kesalahannya telah membohongi
sultan, membalas dendam, atau sekedar melakukan protes atas perbuatan yang
dilakukan oleh para pengawalnya. Tentu sultan sudah menyiapkan para pengawal
terkuat, ahli hukum terbaik, dan penasehat paling cerdik untuk menghadapinya.
Tanpa disangka, ternyata Fayakhun justru datang ke istana
untuk mengadukan persoalannya sendiri tanpa menyinggung sedikitpun mengenai
perilaku para pengawal sultan.
“Paduka sultan, saya ingin mengajukan pertanyaan kepada
paduka. Beruntung di sini kebetulan juga sedang berkumpul para ahli hukum dan
penasehat sultan.”, ungkap Fayakhun mengawali pembicaraan.
Apakah persoalan Fayakhun? Silahkan simak bagian
selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar